Rabu, 04 Maret 2015

Tanpa Judul

Selamat pagi...
Pagi yang indah bukan sayang?
Mengawali hari rabu yang cerah dengan beberapa ciuman, beberapa pelukan dan beberapa belaian sayang.
Aku mencintaimu
Aku mencintaimu
Aku mencintaimu

Sabtu, 07 Februari 2015

Tanpa judul

Aku ingin suatu saat hanya kita berdua
Dalam waktu yang cukup lama
Tanpa ada dering telepon, tanpa ada panggilan dari pekerjaan yang menunggu.
Hanya kita berdua.
Hanya memeluk, mencium, dipeluk, dicium, tertawa dan bercanda.
Aku mencintaimu
Aku mencintaimu
Aku mencintaimu

Senin, 05 Januari 2015

Celana Panjang Abu Abu

Waktu itu musim hujan baru dimulai. Aku belum terbiasa membawa payung saat ke sekolah. Seperti hari ini, aku harus berlari sambil mendorong sepedaku untuk mencari tempat berteduh. Hujan tiba-tiba tumpah begitu deras.
Sebuah warung nasi di dekat sawah. Dan dia sudah berada di sana sebelum aku. Anak laki-laki berkaca mata yang sampai saat ini belum bisa aku lupakan.
Aku memandangi seragam putihnya yang sebagian depannya basah karena hujan, dengan celana panjang warna abu abu. Sedangkan aku masih memakai bawahan warna biru.
Ada tag nama sekolah di seragamnya. Tahun ajaran selanjutnya seharusnya aku bisa satu sekolah dengan dia. Bisa memandanginya setiap saat di sekolah, atau bahkan berkenalan dengannya.
Musim di tempatku jadwalnya tidak pasti akhir-akhir ini. Tapi yang pasti selalu berganti. Aku tak lagi berseragam putih dengan bawahan biru.
Aku berjalan pelan menuju gerbang sekolah. Berharap kakak kelasku yang aku rindukan itu lewat di depanku seperti hari-hari sebelumnya. Angin musim kemarau menggoyang-goyangkan dedaunan mahoni yang masih hijau di depan gerbang sekolahku.
Dia datang. Dengan senyuman dan tawa yang selalu aku suka. Tapi aku hanya mampu melihatnya dari jauh.
Hari ini juga, saat drdaunan dari pohon mahoni di depan gerbang sekolahku mulai mencoklat, aku hanya bisa melihatnya tertawa bersama teman-teman sekelasnya. Aku tidak pernah memiliki keberanian untuk berbicara dengannya, bahkan hanya menyapanya.
Hari berikutnya dan berikutnya juga sama. Aku berjalan lebih pelan menghepas dedaunan mahoni yang berguguran di atas tanah. Agar aku bisa melihatnya lebih lama pagi ini, sebelum masuk kelas.
Musim kemarau tahun ini semakin panas. Ranting-ranting pohon mahoni yang selalu memperhatikanku mengagumi dia kini daunnya sudah tak bersisa.
Hingga saat ini, tunas-tunas hijau daun mahoni mulai bermunculan, aku merasa bahwa mungkin aku mencintainya. Tapi, aku tidak bisa mengatakanya, karena aku seharusnya tidak mencintai dia. Aku memandangi seragamku di depan etalase kantin sekolah. Seragam yang sama dengannya. Seragam putih dengan bawahan celana panjang abu-abu.

Senin, 01 September 2014

Lamongan pagi ini

September 2014
Cerah.
Langit masih biru teduh seperti pandanganmu.
Matahari masih hangat seperti senyumanmu.
Entah sudah berapa ratus hari senin sejak saat itu.
Aku bahkan sudah memangkas rambutku dua kali.
Dan aku masih tidak terima dengan semua ini.
Tidak ada yang berubah.
Mereka bilang, no matter space and distance.
Space ya space, distance ya distance.
Nggak ada yang namanya no matter.
Yang ada, jarak beratus ratus kilometer yang tak bisa aku jangkau.
Pagi ini tak seperti pagi kemarin.
Meskipun dingin, tapi aku tidak merasa kedinginan seperti kemarin.
Awal september 2014.
Terima kasih untuk kemarin malam.
Meskipun aku tidak tau sebenarnya untuk siapa.
Tapi aku bahagia.
Semoga setelah ini semuanya bisa berubah.
Kesedihan berakhir, berlalu bersama angin.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Lamongan malam ini..

Bulan sabit di barat
Angin bertiup cukup kencang tapi lembut
Tapi gerimis menetes sejenak
Iya, dari sudut mataku
Aku merindukanmu

Senin, 24 Februari 2014

"Dewasa" they said.

Apakah dengan bertahan dengan satu pekerjaan yang sama sekali tidak membuat kita nyaman adalah salah satu sikap dewasa??
Apa seperti itu??
Aku sudah pernah pindah kerja. Karena permintaan orang tua. Lebih dekat rumah katanya. Tapi ternyata yang dekat ini malah menimbulkan masalah yang sangat besar dalam diriku.
Awalnya dulu, aku bekerja di perusahaan milik perseorangan, bidang peternakan ayam. Benar-benar beruntung kelihatannya. Aku belum diwisuda, tapi sudah dapat kerja dekat rumah. Yah, memang butuh waktu sekitar setengah jam kesana. Mungkin yang orang-orang lihat aku sangat beruntung.
Tapi sebenarnya dari pekerjaanku yang kelihatannya sangat santai itu, aku masih diburu oleh bakul ayam tiap saat. Aku menjabat sebagai marketing. Dan aku harus menjual livebird tanpa batasan waktu. Ada bakul lagi butuh ya harus dilayani. Mau itu jam tiga pagi atau jam sebelas malam. Mau hari libur atau enggak. Mau lagi mandi atau masak tetep harus ngangkat telpon dan tawar menawar. Rasanya nggak ada waktu santai sama sekali. Akhirnya aku minta ijin sama bapak buat resign. Ijin didapat kalau sudah ada batu loncatan.
Aku aku sekarang bekerja di sebuah lembaga keuangan milik negara, dengan posisi operasional. Jaraknya kayak lagu dangdut, lima langkah dari rumah. Ibukku seneng banget pas tau aku diterima disitu. Tapi aku sama sekali enggak.
Dari awal masuk kuliah aku udah mewanti-wanti "jangan sampe masuk keuangan" karena aku nggak pernah suka sesuatu yang ribet. And I think duit itu ribet, apalagi duinya orang. Sekarang aku baru kerja sekitar hampir empat bulan. Dan aku sudah tiga kali minta ijin resign ke orang tua, tapi malah aku dimarahi.
Iya aku tau, maunya ibuk seperti aku sekarang ini. Katanya aku kurang bersyukur. Katanya kalau aku sekarang menyerah dengan keadaan, artinya aku blm dewasa. Apa ukuran dewasa seseorang itu bisa dilihat dari memaksa dirinya menyukai apa yang dari awal tidak disukainya?
Sekarang aku yang merasakan, bukan orang lain. Tapi kenapa keputusan harus ada di tangan orang lain?? Lalu, apakah dengan memaksa diri sendiri dan menyuksa seperti ini adalah cara setiap orang agar bisa menjadi dewasa??
*then I'm crying

Kamis, 13 Februari 2014

curhatan

Saya sudah lama ndak punya waktu nulis. Dan hari ini, entah hari keberapa otak saya dan hati saya kurang bekerja sama dengan. Buntu dan was was.
Saya sudah pindah kerja sejak pertengahan nopember lalu, ke sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang permodalan. Entah kenapa saya bisa berurusan dengan keuangan, padahal semenjak masuk masa kuliah saya sudah ancang-ancang jangan sampai berurusan dengan uang. Seperti bekerja di perbankan atau bekerja menjadi staf divisi keuangan.
Saya berkali-kali ingin resign. Alasannya simpel, saya tidak suka dengan pekerjaan saya sehingga saya tidak bisa enjoy dan menikmati. Yang saya rasakan tiap hari hanya tekanan dan perasaan tidak nyaman dengan pekerjaan saya. Yang membuat saya semakin merasa tidak berguna adalah saya jadi malas bekerja.
Saya belum menemukan solusi untuk masalah saya ini. Saya berkali-kali meminta ijin untuk resign kepada orang tua, tapi ujung-ujungnya malah saya bertengkar dengan orang tua karena mereka tidak setuju.
Saat ini saya tidak bisa melakukan apa-apa. Sebenarnya masih ada yang harus saya kerjakan, tapi saya tidak bisa bekerja dengan benar. Iya, saya benar-benar kacau. Saya mencoba positive thinking untuk semua hal yang menimpa saya, tapi tetap saja tidak ada yang berubah dengan pola pikir saya. Mereka bilang begitu, yang salah adalah pola pikir saya.
Keadaan apapun saat ini tidak akan membuat saya merasa nyaman...