Senin, 24 Februari 2014

"Dewasa" they said.

Apakah dengan bertahan dengan satu pekerjaan yang sama sekali tidak membuat kita nyaman adalah salah satu sikap dewasa??
Apa seperti itu??
Aku sudah pernah pindah kerja. Karena permintaan orang tua. Lebih dekat rumah katanya. Tapi ternyata yang dekat ini malah menimbulkan masalah yang sangat besar dalam diriku.
Awalnya dulu, aku bekerja di perusahaan milik perseorangan, bidang peternakan ayam. Benar-benar beruntung kelihatannya. Aku belum diwisuda, tapi sudah dapat kerja dekat rumah. Yah, memang butuh waktu sekitar setengah jam kesana. Mungkin yang orang-orang lihat aku sangat beruntung.
Tapi sebenarnya dari pekerjaanku yang kelihatannya sangat santai itu, aku masih diburu oleh bakul ayam tiap saat. Aku menjabat sebagai marketing. Dan aku harus menjual livebird tanpa batasan waktu. Ada bakul lagi butuh ya harus dilayani. Mau itu jam tiga pagi atau jam sebelas malam. Mau hari libur atau enggak. Mau lagi mandi atau masak tetep harus ngangkat telpon dan tawar menawar. Rasanya nggak ada waktu santai sama sekali. Akhirnya aku minta ijin sama bapak buat resign. Ijin didapat kalau sudah ada batu loncatan.
Aku aku sekarang bekerja di sebuah lembaga keuangan milik negara, dengan posisi operasional. Jaraknya kayak lagu dangdut, lima langkah dari rumah. Ibukku seneng banget pas tau aku diterima disitu. Tapi aku sama sekali enggak.
Dari awal masuk kuliah aku udah mewanti-wanti "jangan sampe masuk keuangan" karena aku nggak pernah suka sesuatu yang ribet. And I think duit itu ribet, apalagi duinya orang. Sekarang aku baru kerja sekitar hampir empat bulan. Dan aku sudah tiga kali minta ijin resign ke orang tua, tapi malah aku dimarahi.
Iya aku tau, maunya ibuk seperti aku sekarang ini. Katanya aku kurang bersyukur. Katanya kalau aku sekarang menyerah dengan keadaan, artinya aku blm dewasa. Apa ukuran dewasa seseorang itu bisa dilihat dari memaksa dirinya menyukai apa yang dari awal tidak disukainya?
Sekarang aku yang merasakan, bukan orang lain. Tapi kenapa keputusan harus ada di tangan orang lain?? Lalu, apakah dengan memaksa diri sendiri dan menyuksa seperti ini adalah cara setiap orang agar bisa menjadi dewasa??
*then I'm crying

Kamis, 13 Februari 2014

curhatan

Saya sudah lama ndak punya waktu nulis. Dan hari ini, entah hari keberapa otak saya dan hati saya kurang bekerja sama dengan. Buntu dan was was.
Saya sudah pindah kerja sejak pertengahan nopember lalu, ke sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang permodalan. Entah kenapa saya bisa berurusan dengan keuangan, padahal semenjak masuk masa kuliah saya sudah ancang-ancang jangan sampai berurusan dengan uang. Seperti bekerja di perbankan atau bekerja menjadi staf divisi keuangan.
Saya berkali-kali ingin resign. Alasannya simpel, saya tidak suka dengan pekerjaan saya sehingga saya tidak bisa enjoy dan menikmati. Yang saya rasakan tiap hari hanya tekanan dan perasaan tidak nyaman dengan pekerjaan saya. Yang membuat saya semakin merasa tidak berguna adalah saya jadi malas bekerja.
Saya belum menemukan solusi untuk masalah saya ini. Saya berkali-kali meminta ijin untuk resign kepada orang tua, tapi ujung-ujungnya malah saya bertengkar dengan orang tua karena mereka tidak setuju.
Saat ini saya tidak bisa melakukan apa-apa. Sebenarnya masih ada yang harus saya kerjakan, tapi saya tidak bisa bekerja dengan benar. Iya, saya benar-benar kacau. Saya mencoba positive thinking untuk semua hal yang menimpa saya, tapi tetap saja tidak ada yang berubah dengan pola pikir saya. Mereka bilang begitu, yang salah adalah pola pikir saya.
Keadaan apapun saat ini tidak akan membuat saya merasa nyaman...